Metrobarelangbatam.com, Batam – Kelangkaan gas LPG 3 kg di kota Batam, Kepulauan Riau beberapa waktu ini diduga lemah pengawasan dari pemerintah serta Pertamina.
Informasi yang diperoleh, Sabtu (21/9/2024). Warga Batam mengeluhkan kesulitan peroleh gas elpiji tersebut. Adapun diperoleh melebihi harga eceran tertinggi (HET). ini semakin perburuk situasi.
Warga melaporkan kesulitan mendapatkan tabung melon di pangkalan resmi. Jika ada pun harga mencapai Rp 35- 40 ribu.
“Kalo ada pun harganya tinggi dan tidak sesuai dengan HET,” kata Simora, warga Marina pada wartawan.
Belakangan pemerintah menggelar operasi pasar gas elpiji 3 kg di sejumlah titik wilayah Batam. Hal ini guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
Namun operasi pasar ini menurut warga tidak efektif dilakukan. Hal ini masih banyak warga mendapatkan gas subsidi pemerintah itu.
“Kami tidak tahu ada operasi pasar. Lokasi tidak tahu. Maka kami beli di pangkalan, tapi kosong,” sebut dia.
Seorang pemilik pangkalan di wilayah Sagulung Yunimal menyebut, sudah satu pekan lebih agen tak mengirimkan pasokan tabung gas elpiji. Bahkan sudah dibayar dari jauh hari.
“Tapi mereka tidak mengantarkan ke pangkalan. Alasan sopir didahului untuk operasi pasar,” katanya.
Menurut dia pihak agen memangkas jatah setiap pangkalan. Biasanya dikirim 100 tabung dan sekarang dipotong menjadi 80 tabung.
“Jatah dipotong habis tu operasi pasar ini kenapa diadakan. Kasihan warga panas antre. Kenapa tidak disalurkan ke pangkalan,” tanya dia.
Sementara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam Gustian Riau mengklaim gas elpiji 3 kg tidak langkah namun keterlambatan distribusi ke pangkalan.
“Stok ada sampai Desember 2024 dan bukan langka, tapi ada keterlambatan pendistribusian akibat cuaca buruk yang mengganggu armada laut dari Pertamina Tanjung Uban,” ujarnya kepada wartawan beberapa hari lalu.
Gustian menyebut, guna memenuhi kebutuhan masyarakat pemerintah bersama Pertamina sudah mengadakan operasi pasar gas elpiji 3 kilogram di beberapa titik.
Sementara di tengah kesulitan masyarakat untuk membeli gas elpiji tersebut disebut sebut adanya dugaan penyaluran LPG 3 Kg ke pulau seperti Moro.
“Diduga disinyalir adanya oknum dan lemahnya pengawasan pemerintah hingga Pertamina terkait elpiji 3 kg tersebut,” tuturnya.
Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Susanto August Satria mengklaim tidak ada kelangkaan dan bahkan sudah menambah alokasi elpiji 3 Kg di kota Batam.
“Untuk jatah alokasi kami tambah. Kami tetap melakukan pengawasan,” katanya, saat dikonfirmasi.
Sedangkan penyaluran ke pulau-pulau Satria mengakui setiap minggu disalurkan melalui transportasi laut.
“Penyaluran LPG 3 kg ke P Mora dilakukan dari Tj Uban dengan moda transportasi air juga. Sudah ada penyaluran LPG 3kg tiap di kabupaten,” terang dia.
Pengiriman ke pulau moro perminggu 60-70 ribu tabung.
“Kami juga melakukan monitor pencatatan dari agen untuk mengecek tiap minggunya LPG 3 Kg disalurkan ke pulau,” sampainya.
Sayang dia tidak merinci secara detail untuk agen dan kabupaten mana saja yang telah menerima pasokan gas subsidi negara tersebut.
(Red)